Sejarah Perguruan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Winongo

 

LOGO PERSAUDARAAN SETIA HATI WINONGO

Baca juga

SEJARAH PSHW
Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW) merupakan salah satu perguruan silat besar yang ada di Indonesia. Padepokan pusat perguruan silat ini berada di Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur.

karya Tegar Prahara, Persaudaraan Setia Hati Winongo berdiri pada 15 Oktober 1966. PSHW ini didirikan oleh Raden Djimat Hendro Seowarno yang merupakan murid kesayangan dari Ki Ngabehi Soerodwirdjo. Sosok Soerowirdjo ini merupakan pendiri perguruan pencak silat Setia Hati atau yang biasa disebut Sedulur Tunggal Kecer (STK) pada 1903 di Desa Tambak Gringsing, Kota Surabaya.

PENDIRI PSHW KI NGABEHI SOERODWIRJO

Sejarah awal berdirinya Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo Madiun  pada tahun 1903 yaitu di dirikan dengan semboyan SEDULUR TUNGGAL KECER (STK) dikampung Tambak Gringsing, Surabaya oleh Ki Ngabehi Soerodwirjo dengan nama kecilnya Mas Muhammad Masdan. Dengan nama permainan seni pencak silatnya adalah JOYO GENDILO dan hanya dengan 8 murid didahului oleh 2 saudara yaitu Noto/Gunadi (adik kandung Ki Ngabehi Soerodwirjo) dan Kenevel Belanda.

Pada tahun 1915 nama permainan seni pencak silatnya berubah menjadi JOYO GENDILO CIPTO MULYO. Organisasi itu mendapat hati di kalangan masyarakat pada tahun 1917 setelah melakukan demonstrasi pencak silat terbuka di alun kota Madiun dan menjadi populer di masyarakat karena memiliki gerakan unik penuh seni dan bertenaga. Pada tahun 1917 Ki Ngabehi Soerodwirjo mengganti nama Sedulur Tunggal Kecer menjadi PERSAUDARAAN SETIA HATI.

Sejak tahun 1964, SH mengalami kemunduran, tidak begitu aktif, hal ini tidak lain disebabkan keadaan yang sebagian besar saudara saudara SH sudah banyak yg lanjut usia, ditambah lagi dengan semakin kurangnya penerimaan saudara baru. Banyak saudara SH yang sudah sepuh satu persatu meninggal dunia, sedangkan yang masuk menjadi saudara SH dapat dikatakan hampir tidak ada. Kalau keadaan yg demikian dibiarkan terus-menerus maka SH lambat laun akan mengalami kepunahan.

Untuk menghindari hal tersebut serta untuk melestarikan ajaran yang edi peni dan adi luhung tersebut, maka pada tanggal 15 Oktober 1965 bapak Soewarno merasa terpanggil untuk bergerak mengaktifkan kegiatan kegiatan Setia Hati. Karena aktif dalam bentuk organisasi dan sudah mendapat izin notaris, di dalam Setia Hati disisipkan kata Tunas Muda, yang artinya akan bersinar kembali. Pada akhirnya nama lengkapnya adalah Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo Madiun.

Pelajaran pencak silat yang diajarkan kepada para khadang SH Winongo adalah berasal dari para pendekar terkenal (sembilan orang pendekar) dan yang terakhir dari bapak Ki Ngabehi Soerodwirjo, saudara tertua dalam Persaudaraan “Setia Hati” Winongo. Dengan metode ini maka seluruh pelajaran dengan mudah diserap oleh para Tunas-Tunas Muda yang dapat berhasil dengan sukses.

Dengan meningkatkan latihan jasmani (pencak) dan latihan rohani (iman dan takwa kepada Allah), maka dapat diharapkan pemuda kita sebagai generasi penerus akan menjadi kader bangsa yang militan yang sangat berguna bagi kepentingan bangsa dan negara.


Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Winongo

Penamaan PSHT sendiri diambil dari lokasi berdirinya perguruan silat tersebut, yakni di Kelurahan Winongo. Pertama kali berdiri, para pengikut PSHW diajarkan pelajaran pencak silat dari zaman Ki Ngabehi Soerodwirjdo. Dalam mencari generasi baru pada waktu awal berdirinya PSHW itu, gerakan tersebut bernama Tunas Muda yang artinya Setia Hati yang akan bersinar kembali.

Gerakan Tunas Muda tersebut populer dan digunakan pada awal berdirinya Persaudaraan Setia Hati Winongo dengan alasan diharapkan pemuda sebagai generasi penerus akan menjadi kader bangsa yang militan dan sangat berguna bagi kepentingan bangsa serta negara.

Ideologi Persaudaraan Setia Hati ini masih terus dijaga keluhurannya dari Ki Ngabehi Seorodwirdjo sebagai pendahulu kemudian diturunkan ke Soewarno. Kemudian diajarkan kembali kepada para pengikut baru PSHW.

Untuk menjadi anggota PSHW, calon anggota harus mengikuti pengesahan terlebih dahulu. Setelah disahkan sebagai anggota, maka orang itu secara resmi menjadi warga atau anggota baru. Setelah resmi menjadi warga, orang itu baru boleh mempelajari ilmu-ilmu Setia Hati.

Secara prinsip, ilmu Setia Hati hanya boleh diketahui oleh warganya. Sedangkan pelajaran tingkat lanjut bisa diikuti atau tidak. Itu tergantung dari kesadaran dari warga baru tersebut. Karena dalam Setia Hati Winongo tidak ada paksaan.

PSHW tidak membuka cabang perguruan pencak silat di mana pun, seperti perguruan silat lainnya. Sehingga, seseorang yang ingin mengikuti PSHW, baik dari Madiun maupun dari luar, harus datang dan dikecer (disahkan) di padepokan pusat PSHW di Kota Madiun.

Hal ini dilakukan dengan tujuan menjaga kemurniah aliran Setia Hati Winongo. Dengan hal ini ikatan persaudaraan antar anggota di perguruan silat ini terjalin sangat kuat.

Dalam artikel ilmiah itu dijelaskan seorang murid yang baru masuk harus segera disahkan sebagai warga dengan tujuan agar ikatan emosional dan fisik yang bersangkutan dengan perguruan semakin kuat. Dari momen ini ikatan-ikatan solidaritas mulai muncul.

Proses pengesahan sehari semalam akan membentu ikatan persaudaraan dan kesetiaan yang menyatukannya menjadi satu rasa yang sama dalam perspektif Persaudaraan Setia Hati.

Seorang pengikut Setia Hati Winongo mampu mengenali pengikut lainnya dengan menggunakan kode-kode isyarat tertentu yang menunjukkan bahwa seseorang tersebut anggota PSHW, meski mereka tidak saling kenal.

Bukan hanya itu, siapa saja yang masuk dan menjadi anggota PSHW, baik anggota baru maupun anggota lama tetap dianggap saudara seorganisasi. Di dalam PSHW disebut wong jero.

Lebih lanjut, pedoman hidup seorang pengikut PSHW adalah Sapta Wasita Tama. Pedoman hidup itu memiliki arti Sapta (tujuh), wasita (ajaran/pedoman), tama (utama/luhur), dengan demikian artinya tujuh pedoman yang luhur menjadi sendi-sendi kehidupan rohani Setia Hati.

Berikut ini isi Sapta Wasita Tama:
  1. Tuhan menciptakan alam dan seisinya hanya dengan sabda, sebelum disabda alam seisinya itu ada pada yang Menyabda
  2. Setelah alam semesta seisinya ada (disabda) Tuhan menyertai sabda-Nya.
  3. Barang siapa meninggalkan AS-nya tergelincirlah ia oleh lingkungan sekelilingnya.
  4. Barang siapa meninggalkan keseimbangan, tergelincirlah ia.
  5. Barang siapa melupakan atau meninggalkan permulaan, tidak akan dapatlah ia mengakhirinya.
  6. Barang siapa mengaku hasil karyanya menjadi milik sendiri terbelenggulah ia secara lahir batin
  7. Barang siapa selalu melatih merasakan “rasaning rasa”, Insya Allah lambat laun ia akan kerasa ing rosoning roso. Rosoning rosoialah sumber dari rasa,keroso ing rosoning roso ialah terasa atau merasakan inti pusat dari rasa. Inti pusat ini sering disebut rasa sejati, sejatining rasa, kalbu, hati sanubari, pribadi.
"Jika ada kesalahan penulisan di nama Perguruan Pencak Silat dan tahun berdirinya, silahkan komentar di bawah ini atau kirim email kepada kami, kami akan segera mungkin akan meralat postingan ini."



Sumber : jatim.solopos.com

Post a Comment

Cookie Consent
Kami menyajikan cookie di situs ini untuk menganalisis lalu lintas, mengingat preferensi Anda, dan mengoptimalkan pengalaman Anda.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi internet Anda. Silakan sambungkan ke internet dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kami telah mendeteksi bahwa Anda menggunakan pemblokiran iklan di browser Anda. Silahkan di nonaktifkan Adsblock-NYA!
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.