Baca juga
Nama : Mukhammad Nur Arifin
NIM : 858851383
Uraian
Tugas :
- Pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran sangatlah penting, mengapa demikian? Jelaskan!
- Buatlah skema tentang faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas, serta berilah penjelasan singkat dari skema yang saudara buat.
- Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran yang efektif ? sebutkan beberapa contohnya (minim 2), dan jelaskan maksud salah satu dari contoh yang saudara sebutkan.
Jawab
:
1. Dalam
uraian sebelumnya telah disampaikan bahwa pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dan
pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan
kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan salah satu aspek penting
dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat
terciptanya pembelajaran yang efektif.
Mungkinkah seorang siswa dapat belajar
dengan baik apabila ia merasa bahwa dirinya belum dapat diterima oleh
teman-teman di kelasnya? Tentu saja jawabannya, tidak! Seseorang akan dapat
belajar dengan baik apabila ia merasa telah diterima oleh teman-temannya di
kelas sehingga ia merasa aman untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas guru dalam membantu siswa
belajar ialah menciptakan situasi kelas yang hangat, aman, dan sehat. Situasi
kelas yang penuh keakraban akan memberikan rasa aman dan kebebasan kepada siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam situasi belajar
yang seperti inilah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru akan dapat
dicapai siswa.
2. Skema
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas :
a. Faktor
Fisik.
Disiplin kelas dilandasi oleh adanya
interaksi guru-siswa dalam konteks (hubungan) kelas maka faktor fisik yang
mempengaruhi disiplin kelas juga mencakup guru, siswa, dan ruang kelas.
1) Kondisi
fisik guru, antara lain tampak dalam penampilannya, akan mempengaruhi ketaatan
siswa pada aturan. Guru yang penampilannya rapi, sehat, dan tampak bersemangat
akan lebih mudah mengatur siswanya daripada guru yang tampak lusuh dan lesu.
2) Kondisi
fisik siswa yang prima, seperti tampak pada penampilannya serta panca indra
yang sehat akan mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan. Siswa yang sakit atau
yang kelaparan atau yang indranya tidak berfungsi dengan sempurna akan sulit
memusatkan perhatian pada pelajaran. Sebagai akibatnya, ia akan melakukan
hal-hal yang dianggap menyimpang seperti tidur, bermain-main atau mengganggu
temannya.
3) Kondisi
fisik ruangan kelas, yang mencakup keamanan dan susunan peralatan, serta cara
penggunaan alat-alat pelajaran juga mempengaruhi tingkat kedisiplinan siswa.
Kelas yang berantakan atau yang kondisinya sudah rusak sehingga dapat
membahayakan siswa akan dapat mengurangi ketaatan siswa pada aturan. Demikian
pula cara penggunaan alat yang tidak tepat, misalnya menghalangi pandangan
siswa, akan mendorong siswa melanggar aturan.
Contohnya, alat peraga yang Anda gunakan
terlampau kecil, dan alat tersebut Anda pegang sendiri di depan kelas, siswa
yang duduk di barisan tengah atau belakang akan berdiri, bergerak ke depan, dan
akhirnya berkerumun di depan kelas. Demikian juga kalau tempat duduk diatur
secara kelompok sehingga siswa duduk melingkar, sedangkan guru memberi penjelasan
di depan kelas, kemungkinan terjadinya pelanggaran akan terbuka.
b. Faktor
Sosial
Di depan telah diungkapkan bahwa kelas
merupakan masyarakat kecil tempat para siswa dan guru bergaul atau
bersosialisasi. Hubungan antara guru-siswa dan tentunya siswa dengan siswa
terjadi di dalam kelas. Kualitas interaksi sosial ini, yaitu kualitas hubungan
guru-siswa-siswa juga dapat mempengaruhi disiplin kelas. Hubungan yang akrab
dan sehat, saling mempercayai akan mampu meningkatkan disiplin kelas. Sebaliknya,
hubungan yang tidak akrab, tidak sehat (misalnya munculnya rasa iri, cemburu),
serta saling mencurigai akan mengurangi ketaatan siswa pada aturan kelas. Di
samping interaksi sosial guru-siswa-siswa, latar belakang sosial siswa, yaitu
lingkungan dan orang-orang yang berada di sekitar siswa juga mempengaruhi
tingkat kedisiplinan siswa.
Contohnya, Siswa yang berasal dari desa
mungkin akan lebih patuh dibandingkan siswa yang berasal dari kota. Siswa yang
berasal dari keluarga yang hidup secara teratur, akan lebih mudah mengikuti
aturan di kelas daripada siswa yang berasal dari keluarga yang berantakan.
Demikian pula siswa yang berasal dari golongan masyarakat tertentu mungkin
lebih mudah diatur dibandingkan dengan yang berasal dari golongan masyarakat
lain.
c. Faktor
Psikologis
Faktor psikologis atau kejiwaan juga
dianggap sangat berpengaruh pada tingkat kedisiplinan siswa. Faktor psikologis
mencakup, antara lain perasaan (seperti sedih, senang, marah, bosan, benci, dan
sebagainya), dan kebutuhan (seperti keinginan untuk dihargai, diakui, dan
disayangi). Siswa yang merasa sedih, marah atau bosan, mungkin akan berbeda
tingkat kepatuhannya dibandingkan dengan mereka yang sedang bergembira. Rasa
kecewa karena berbagai hal, baik yang terjadi di rumah maupun di sekolah akan
mempengaruhi disiplin.
Contohnya, seorang siswa mogok, tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan. Setelah dilacak secara hati-hati, ternyata
siswa tersebut dalam keadaan tertekan karena dimarahi oleh ayahnya.
Demikian pula rasa puas, terpenuhinya
keinginan untuk dihargai dapat mempengaruhi disiplin. Siswa yang puas akan
hasil pekerjaannya, lebih-lebih jika mendapat penghargaan, demikian pula siswa
yang merasa disayangi oleh guru akan menunjukkan tingkat disiplin yang tinggi.
3. Pendekatan
pembelajaran yang efektif :
Pendekatan pembelajaran yang efektif
adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pebelajar. Pada saat ini
telah ada perubahan paradigma dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru, melainkan berpusat pada pebelajar.
2 Contoh diantaranya :
a. Belajar
Mandiri (Independent Learning)
1) Belajar
aktif
Belajar mandiri apabila dirancang secara
tepat, meningkatkan pendekatan yang lebih aktif dalam belajar. Pebelajar
mengadopsi pendekatan ini dengan lebih dalam, lebih memahami materi dari pada
mengingat kembali apa yang dipelajari. Pebelajar meningkat dalam kemampuan
berpikir dan tidak sekadar mengingat apa yang dipelajari.
2) Kebutuhan
individual pebelajar
Pebelajar bukan suatu kelompok yang
homogen. Pembelajar memiliki cara- cara yang berbeda. Adopsi pendekatan belajar
mandiri meningkatkan kebutuhan tersebut untuk dikenal dan mengikuti keinginan
pebelajar dalam hal penguasaan materi, strategi belajar, dan kemampuan belajar.
Pebelajar dapat memilih metode belajar atau pendekatan yang dirasa terbaik
baginya. Pebelajar dapat membaca bahan secara cepat, apabila telah memahaminya
dan membutuhkan waktu yang lebih banyak apabila sesuatu itu baru atau yang
menantangnya. Dalam pencapaian belajar, pebelajar bekerja dengan sumber-sumber
bahan yang sesuai sampai mencapai tingkat penguasaan tertentu.
3) Motivasi
pebelajar
Belajar mandiri menjadikan pebelajar lebih
bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya dan berpartisipasi lebih besar dalam
proses belajar. Hal ini mengajar pebelajar untuk memilih taraf studi yang
sesuai. Dengan demikian, pebelajar akan merasa memiliki kegiatan belajar
tersebut dan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar.
b. Pembelajaran
Terpadu (Integrated Learning)
1) Penguasaan
perubahan pengetahuan
Keterpaduan memungkinkan kurikulum
diorganisasikan sekitar konsep-konsep dan prinsip-prinsip kunci, serta
meningkatkan taraf berpikir yang lebih tinggi. Jika kurikulum yang bermuatan
banyak sering disoroti karena beban berat yang faktual, keterpaduan ini memungkinkan
pebelajar memfokuskan pada prinsip-prinsip dasar dari berbagai pengetahuan
sehingga belajar akan bermakna dan kurikulum tidak lagi bermuatan berat.
2) Menghadapi
pengetahuan yang telah berlalu
Apabila pengetahuan menjadi kadaluwarsa,
tidak merupakan struktur kognitif dasar yang dapat dikecam, tetapi isinya
faktual. Misalnya, pemahaman tentang teori libido dari Freud. Teori Freud ini
sudah lama sekali, namun sampai saat ini diakui ada sisi kebenarannya.
Pemecahan beberapa kasus kelainan psikologis, sering dikaitkan dengan teori
itu.
3) Memahami
pengetahuan
Keterkaitan bidang pengetahuan yang
berbeda dapat menjadi sukar bagi pembelajar dan secara tradisional diasumsikan
dapat dilakukan dengan cara yang khusus. Penguasaan dari satu mata pelajaran ke
mata pelajaran lain, memberikan perspektif pengetahuan yang berbeda, dan
belajar menjadi terpisah-pisah, apabila mata- mata pelajaran memiliki status
yang berbeda-beda.
Terimakasih.
Untuk kali ini Pihak Tutor memberikan instruksi tulis tangan, berikut File Scan .pdf:
Penulis : Mukhammad Nur Arifin, S.E., S.Pd.SD.
"Jika ada kesalahan penulisan nama, pengertian, penjelasan, dan sebagainya, silahkan komentar di bawah ini atau kirim email kepada kami, kami akan segera mungkin akan meralat postingan ini."